Oleh : Takdir Siringo
” Namaku Nadya” sambil menyalamku dan Nadya tersenyum. Aku menatap wajahnya yang polos dan lesung pipi yang menempel diwajahnya. Rambutnya panjang dan halus. Hingga aku sedikit terpesona melihatnya.
Nadya adalah karyawati baru yang akan bekerja dikantor yang aku pimpin.
Rati orang yang membawa Nadya. Yang merupakan karyawati dikantor.
” Apakah kelengkapannya administrasnya sudah dibawa” tanyaku.
” Sudah pak! semua berkasnya sudah didalam map ini” jawab Rati.
” Oh ya, serahkan aja berkasnya dengan sekertaris. Besok aku chek” kataku.
Pagi itu saat pengarahan singkat ( briefing). Aku memperkenalkan Nadya dengan karyawan/ karyawati.
Beberapa bulan bekerja Nadya sudah mulai kompak dengan anak-anak. Hingga cowok-cowok dikantorku sering menggodanya.
Melihat cara kerja Nadya yang ulet dan tekun. Jujur akupun sudah sedikit meliriknya. Tapi sayangnya waktu itu aku sudah punya pacar. Yang membuatku terganjal meluruskan niatku untuk menggodanya.
Suatu hari salah satu karyawati meninggal dunia karena bunuh diri disebuah kamar mandi dikantor itu. Untuk pemeriksaan lebih lanjut dari pihak kepolisian turun. Bergiliran kami dimintai keterangan.
Kata-kata perpisahan terakhir kami sampaikan. Dan pihak perusaahaan mengantarkannya ke kampung halamannya. Beberapa hari kami selalu dihantui bayangan rekan kami yang meninggal tak lazim itu.
Usai kejadian itu berlalu. Aku dengan Nadya semakin akrab. Dan aku semakin sering menggodanya. Tapi keakraban kami sering kami rahasiakan dari teman-teman sekantor.
Aku semakin suka dengan Nadya. Hingga suatu malam pulang dari sebuah acara. Aku memegang tangan Nadya dan langsung mengungkapkan perasaanku.
Nadya malam itu langsung kaget dan sedikit bercampur malu. Dia mengira bahwa kata yang ku ungkapkan hanya candaan belaka.
” Butuh waktu membuktikan perasaanku kepada Nadya”.
Aku pun berusaha meyakinkan hati Nadya dengan formulaku sendiri. Aku mulai menjaga jarak dengan Nadya. Aku terlihat lebih cuek dan lebih hemat berbicara dengannya.
Hingga Nadya menyadari perasaannya. Siang itu Dia mengajakku datang kesebuah acara perayaan tahun baru China (Imlek). Dan yang jelas ajakan itupun tidak kutolak.
Malam itu kami bertemulah di acara itu. Pulang dari sana tangan Nadya turut kupegang. Dan malam itu aku Mengajaknya ke sebuah bukit dan dari sana kami menikmati sinar bulan purnama dan gemerlapnya bintang dilangit menerangi malam itu. Sungguh indahnya malam itu.
Aku memaanfaatkan kesempatanitu dan aku menembak Nadya. Dan malam itulah Nadya jujur menerima aku menjadi pacarnya dan memeluk erat tubuhku yang menghangatkan kami dari angin malam itu. Nadya berkata,” Jangan pernah sia-siakan cintaku!”
Dan rasanya malam itu adalah hanya milik kami berdua.