Aku Terdengar Kasar

Oleh: Takdir Siringo

Aku lahir di Tanah Batak di Humbang Hasundutan. Sebuah desa yang dikelilingi pegunungan yang berbaris ditumbuhi pohon-pohon yang menjulang tinggi dan begitu indah mata memandang dan bila pagi gunung-gunung itu diselimuti embun dan menjelang senja tiba suara-suara burungpun terdengar pulang ke sarangnya.

Sangat jelas terlihat saat matahari terbit dari timur. Seolah terbit dari celah gunung itu dan saat terbenam. Seolah terbenam pula ke celah gunung itu ke barat. Langit pun gelap menutupi desaku.

Desaku terbilang sangat dingin. Untuk itulah bila baru pertama sekali berkunjung kedesaku, oleh karena dinginnya cuaca disana. Pasti anda merasakan hampir sampai menusuk ketulang sumsum.

Baca Juga :  BPJS TK akan resmikan 2 Desa dan 1 Mall Sadar Jaminan Sosial

Oleh karena itu. Bila suatu saat ada niat mulus untuk mengunjungi desaku. Untuk itu, jangan sampai lupa membawa jaket yang tebal ya! dan celana panjang plus kaos kaki. Atau bila ada niat berkunjung ke tempat wisata, tempat ditembaknya oleh Kolonial Belanda Raja Batak, Raja Sisingamangaraja ke XII, di Aek Sibulbulon, Huta Si Onom Hudon.

Dari kecil aku sudah terbiasa mendengarkan suara dengan nada-nada yang terdengar tinggi. Seperti contohhnya sudah menjadi kebiasaan sekali kedua orangtuaku, saat memanggilku dengan nada-nada yang keras dengan jarak satu kilo meter saat aku bermain.

Baca Juga :  Rudi-Rafiq Sumpah Setia Melayu di Depan Zuriat dan Raja Penyengat: Sejahterakan Kepri

Bila aku tak kunjung mendengar. Ibuku makin ngegas memanggilku. Begitu kudengar aku langsung berlari kerumah. Saat tiba aku kerumah, ibuku langsung memarahiku dengan ngegas lagi. Hampir lengkap nama-nama jenis dikebun binatang.

Aku bebicara kasar. Memang sudah dari sononanya. Karena dahulu konon katanya tempat tinggal nenek moyang kami diperbukitan Pulau Samosir. Jadi saat memanggil anak-anaknya harus berteriak. Misalnya saat anaknya memancing di danau, dari pada turun kebawah oppung kami memanggilnya dari atas. Dan kebiasaan itulah mewarisi ke keketurunannya.

Dibalik gelagat dan gaya bicara aku yang kasar. Aku sebenarnya punya hati yang lembut dan memiliki rasa sosial yang tinggi. Dan bila berteman aku tak pernah sama sekali membeda-bedakan siapapun. Dan kemanapun aku ditempatkan aku senang berkawan orang-orang.

Baca Juga :  Pulau Kelapa Nan Eksotis

Kadang kala bila aku berbicara kasar, aku memang sedikit menyadari orang-orang sekitarku ada yang tersinggung. Namun apa yang hendak dikatalah, memang sudah begitu aku dilahirkan.