Si Bulan Gadis Palembang

Oleh : Takdir Siringo

Pagi itu aku bertemu seorang gadis di jalan. Saat melihatnya. Akupun kagum, sampai-sampai mulutku menganga.
“Aduh mak…! cantik kali gadis itu” dalam hatiku.

Gadis itu Bulan. Seorang gadis Palembang. Kami sering bertemu di jalan. Tapi tidak pernah bisa mengobrol. Ingin berkenalan, namun aku tidak berani.

Pagi itu akupun sarapan makan lontong di warung Mak Itam. Sambil duduk-duduk dan mengobrol dengan Mak Itam. Gadis itu pun duduk dengan kami. Aku pun pada jadi salah tingkah.

” Ma.., macam mana pula ini? ”
Aku grogi dan pucat, tak bisa kutahan grogiku. Waduh malu kali aku. Aku hampir mau beranjak pergi.
” Kalau gak ketemu Bulan, Togar ini tanya-tanya” kata Ma Itam menirukan sedikit bahasaku.
Aku pun semakin malu. Jadi saya beranikanlah mengobrol. Jadi kami saling berkenalan dengan khas logatku. Diapun tertawa-tertawa. Akupun tetap percaya diri. Karena menurutku, ini kesempatan emas.
” Namaku Togar”
” Namaku Bulan”
Kami pun saling bersalaman dalam hatiku (pataslah namanya bulan). Kami pun bercakap-cakap.

Saat aku bercakap. Bulan selalu tertawa, asal mendengar aku berbicara. Jadi aku agak terputus-putus bicara. Mungkin mendengar logat Medanku pikirku?

Awal perkenalkan itulah kami pun sudah mulai akrap. Pagi-pagi kami sudah semakin sering ketemu di warung lontong Ma Itam.

Pertemuan itu pun sedikit mengganggu tidurku. Ya…! tapi saya tidak tau mengungkapkannya harus dari mana Bulan.

Bulan sudah beberapa hari tidak datang ke warung lontong Ma Itam. Hati ini pun bertanya-tanya? Tapi malu nanya Ma Itam, karena penasaran. Sedikit bercampur gelisah. Akupun memberanikan menanya Ma Itam.

Baca Juga :  Hendak Parkir, Salah Mengoperasikan Tuas Persneling Mobil Innova Terjun Bebas

” Bulan tidak pernah datang ya?”
” Rindu ya?” seloro Ma Itam.
Aku pun sedikit terdiam, karena sedikit malu ketahuan.

Lanjut Ma Itam, lagi menjawabku,” Dia katanya pindah kerja baru. Jadi dia masuk pagi terus”
” Oh…”
” Jumpain saja kerumahnya”
” Ya Ma Itam” jawabku.

Dalam hatiku. Jumpain dia, mau bilang apa ya? Akupun menjadi bingung sekali pada waktu itu.

Jadi pertemuan kami pun berlalu begitu saja. Waktu itu saya pun pindah kerja dan saya tidak bisa datang lagi ke warung lontong Ma Itam.

Tiga bulan kemudian. Kami bertemulah di hari perayaan tujuh belas agustus, perayaan hari kemerdekaan Indonesia.

Disaat kami mau pulang dari perayaan itu. Waktu itu. Aku berdua dengan temanku. Seseorang memanggilku di keramaian itu. Dengan sedikit bertanya, siapa ya? akupun menoleh ke belakang.

Ternyata yang memanggil itu adalah Bulan yang sudah lama gak bertemu.
” Sudah lama tidak tak jumpa ya bang? ” katanya menegorku.
” Ya” jawabku yang sedikit gugup sambil kami berjalan.

Waktu itu dia menggendong seorang anak. Kawanku pun bertanya?
” Siapa itu? cantik kali”
” Kawan” kataku.
” Janda ya? ” tanya kawanku lagi.
Aku pun sedikit terdiam, karena waktu itu dia menggendong seorang anak kecil.

Baca Juga :  Presiden Buka Festival Sholawat Nusantara Piala Presiden

Aku tidak mau rasa penasaran itu terus mengganggu tidurku. Saya pun pergi ke warung Mak Itam.

” Lama tidak ke sini Togar?” tanya Ma Itam
” Aku pindah kerja Ma Itam, rindu juga ini makan lontong Ma Itam”
Aku pun memesan sepiring lontong. Sambil makam. Akupun menanya Ma Itam.

” Ma itam.., rumah Bulan itu di mana ya?”
” Itu diatas, tapi katanya waktu itu mau pindah rumah. Tapi tak taulah apa jadi, naik aja dulu” sambil menunjukan jalan lorong menuju rumah Bulan.

Begitu aku sampe. Tetangganya mengatakan Bulan sudah pindah rumah.
” Sudah lama pindah, sudah ada berapa bulan yang lalulah”
” Pindah kemana bu?” tanyaku.
Ibu itupun menuliskan alamatnya dikertas.

Besoknya akupun dengan sedikit rapi, akupun mencari alamatnya.

Dengan temanku kami pun singgah dirumah tetangganya. Tetangganya bilang Bulan masih kerja.

” Sekira jam tujuan, sudah sampailah dirumah” katanya.

Sambil menunggu, kaka itupun membuatkan kami teh manis.

Tidak lama kami menunggu. Bulan pun pulang. Sedikit kecewa, karena malam itu. Dia bersama dengan seorang cowok. Aku sedikit patah semangat.

Begitu meminum teh yang dibuat kaka itu. Kami bergegas pulang. Jadi besoknya. Saya pergi lagi menemuinya.

Kaka itu bilang,” Begitu kalian pulang, Bulan datang kesini. Katanya sudah lama tidak ketemu Togar”

Selanjutnya. Saya langsung kerumahnya dengan mengobrol bersama orangtuanya. Saat dia pulang dari kerja. Selalu diantar cowoknya.

Baca Juga :  Lepas dari Maut

Akupun ada rasa cemburu waktu itu. Tapi saat dia pulang kerja. Aku langsung bergegas pulang.

Melihatku sedikit dilanda cinta. Temanku menyemangatiku.
” Sebelum janur kuning, tetap berusaha”

Pertemuan itu selalu diganjal pacar yang selalu bersamanya.

Malam itu Akupun menitipkan sepucuk surat dengan tetangganya. Langsung menyampaikan rasa dihatiku.

Saya pun tidak datang lagi kerumahnya. Saya berasa tidak ada lagi harapan lagi.

Sudah tiga pekan tidak ketemu. Bulan kecarian dengan aku.

Pada hari minggu itu. Saat masih pagi. Tiba-tiba saja telepon genggamku berdering.
” Hallo, ini siapa?”
” Saya ini Bulan bang”
” Ya”
” Bang, nanti sore datang kerumah ya bang”
Dengan semangat aku menjawab,” Ya dek!”

Hatikupun berbunga-bunga, karena ingin bertemu dengan gadis yang kucintai.

Saat sampai dirumahnya sore itu. Dia mengajakku ke sebuah tempat yang indah sekali.

Saat sampai ditempat itu. Diapun dengan sedikit menyindirku tentang surat yang kubuat pada waktu itu.

” Maaf ya, belum sempat balas suratnya”

Akupun sedikit terdiam. Diapun memegang tanganku dan mengatakan bahwa dia sudah memutuskan pacarnya. Lalu dia menjawab perasaanku yang sudah lama kupendam itu dan berjanji untuk tetap setia. Betapa bahagianya hatiku pada waktu itu.