Tanjungpinang, Pelita Kepri – Kemerdekaan yang benar-benar memerdekaan adalah kemerdekaan dari kemiskinan dan kebodohan. Kemiskinan dan kebodohan adalah dua hal memilukan yang bersahabat karib. Kebodohan dapat menyebabkan kemiskinan dan begitu juga sebaliknya. Kita juga mengetahui bahwa tidak seorang pun yang ingin terlahir miskin dan bodoh. Hidup dalam kemiskinan bukanlah sesuatu yang memalukan. Tetapi mati dalam keadaan miskin, oleh sebagian orang dianggap suatu kebodohan yang paling malang.
Keinginan untuk bangkit melawan kemiskinan membutuhkan tekad yang kuat. Namun di saat sedang lemah, terkadang uluran tangan “Sang Penolong” bukanlah sesuatu hal yang haram.
Adalah Rohatin, (43 tahun) bapak dengan 5 orang anak ini hidupnya membutuhkan uluran tangan kita. Suami dari Dewi Ernawati (42 tahun) ini sehari-hari bekerja sebagai buruh harian lepas. Sementara Dewi Ernawati sendiri sehari-hari bekerja sebagai pencari dan pengumpul barang bekas. Mereka tinggal di gubuk yang hanya berdindingkan triplek dan spanduk bekas di kebun garapan tanah terlantar di Kelurahan Air Raja, Tanjungpinang Timur.
“Kita prihatin dengan keluarga ini. Kelima anaknya tidak ada satu orang pun yang bersekolah. Bahkan keluarga ini tidak memiliki dokumen kependudukan yang memadai seperti Kartu Keluarga yang berisi data kepala keluarga dan anggota keluarga yang lengkap. Tempat tinggal mereka juga terpaksa berpindah-pindah karena tidak memiliki pekerjaan tetap. Dengan kondisi pekerjaan seperti itu keluarga ini praktis hidup sangat berkekurangan,” kata anggota DPRD kota Tanjungpinang Fraksi PDI Perjuangan, Petrus Marulak Sitohang saat blusukan mengunjungi keluarga Rohatin, Jumat (12/10/2018).
Dengan niat yang tulus, politisi partai besutan Megawati ini meminta pemko Tanjungpinang untuk memperhatikan keluarga Rohatin.
“Pertama saya meminta pemko membantu dokumen kependudukan keluarga ini. Setelah itu keluarga ini wajib dimasukkan dalam program keluarga harapan karena kondisi keluarga ini betul-betul warga miskin yang absolut. Segera lah dilakukan tindakan yang diperlukan untuk menolong keluarga ini,” ujar Petrus.
Masa depan anak-anak Rohatin juga dikhawatirkan tidak akan jauh berbeda dengan orang tuanya mengingat tidak satu pun dari mereka yang bersekolah.
“Anak-anaknya perlu dibantu agar dapat bersekolah melalui jalur formal maupun lewat program paket belajar milik pemerintah kota. Negara harus hadir dalam situasi yang dihadapi keluarga ini,” kata Petrus.
Kunjungan Petrus Marulak Sitohang ke gubuk keluarga Rohatin ini menciptakan secercah harapan bagi keluarga Rohatin. Mereka sangat yakin pemerintah akan memperhatikan nasib mereka.
“Semoga pemerintah memperhatikan nasib kami yang masih hidup dengan kondisi seperti ini,” kata Dewi Ernawati.
Kita jangan pernah lupa, salah satu tujuan negara ini didirikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka ketika ada anak-anak bangsa yang tidak mengecap pendidikan, rasanya negara belum tiba di tujuannya. (pk/gm)