PELITAKEPRI.COM, TANJUNGPINANG – Malam itu sudah menjelang pergantian hari menuju Kamis dini hari (15/3/2018). Ketika mencoba menelusuri kehidupan wanita malam yang sering nongkrong di salah satu tempat hiburan malam di Tanjungpinang. Bertempat di salah satu rumah makan tak jauh dari lokasi tempat hiburan malam, wartawan Meja Redaksi bertemu dengan seorang perempuan berparas cantik yang sedang menunggu pesanan nasi goreng.
Mengenakan pakaian rok mini dan baju kaos ketat berwarna merah jambu, wanita berkulit sawo matang ini membalas sapaan ketika kami duduk di sampingnya. Tidak sombong, dia langsung membuka pembicaraan sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman. Tangannya yang lembut dan senyuman sedikit menggoda cukup menyambut bagi pria untuk melanjutkan pembicaraan. Parfum yang dikenakannya sangat wangi dan segar dihirup. Bisa dikatakan parfum yang dikenakannya malam itu salah satu jenis parfum mahal.
Malam itu dia masih kosong karena belum ada panggilan. “Bulan-bulan ini semakin sepi bang” begitu dia menceritakan keluh kesahnya.
Ceritapun berlanjut seputar bagaimana kehidupan hiburan malam yang dijalaninya. Meja Redaksi mencoba mengarahkan pembicaraan kehidupan pribadinya. Awalnya Ia tertutup dan tidak mau. Hingga akhirnya dia bercerita jika sebenarnya kesehariannya adalah seorang mahasiswi di salah satu kampus di Tanjungpinang.
Awal dia terjun menjadi wanita malam bermula ketika tahun 2013 seorang teman kampus mengajaknya karaoke di salah satu tempat karaoke di Tanjungpinang. Ia menceritakan awalnya malu-malu dibarengi rasa takut ketika duduk bersama dengan orang yang belum dikenal. Tapi rasa itu seketika hilang ketika tamu teman karaoke juga bisa membuat nyaman. Apalagi saat itu tamunya adalah seorang pria yang tajir. IH (nama inisial,red) mengaku terkejut ketika mendapatkan uang tips lumayan besar untuk ukuran mahasiswi ketika karaoke berakhir. Malam itu IH hanya menemani karaoke saja tapi sudah bisa membeli baju baru.
IH terlahir dari seorang keluarga sederhana. Meskipun dikirimin uang perbulannya dari kampung tapi IH tetap hanya bisa hidup sederhana karena terbatasnya uang yang dikirim. IH sangat iri melihat kehidupan temannya yang bisa berfoya foya dengan status sama sebagai mahasiswi. Mengambil jalan pintas IH memulai kembali ikut tawaran temannya untuk menemani tamu di tempat karaoke. Pelan-pelan ia mulai mengumpulkan sejumlah uang dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Tapi lama-kelamaan, meskipun sudah hampir tiap malam bersama tamu di tempat karaoke, IH merasa uang yang dimiliki masih tetap saja kurang. Keinginan untuk menghasilkan lebih banyak uang membuatnya terjun menjadi pelayan nafsu laki laki hidung belang. Tak jarang IH setelah menghabiskan karaoke langsung check in di kamar hotel.
Uang yang diperolehnya semakin banyak dalam kurun waktu cepat. Ia semakin ketagihan akan profesi barunya yang semakin menjadi-jadi. Jika dulu untuk makan harus mikir-mikir maka sekarang makan di restoran mahal pun sudah tidak jadi masalah lagi. Apalagi tak jarang IH mendapatkan tamu dari kalangan pejabat yang ada di Tanjungpinang. Jika IH tidur dengan pejabat biasanya akan dipilih hotel berkelas supaya lebih nyaman dari pengrebekan. Permalam IH bisa menghasilkan Rp1-2 juta jika menemani tidur. IH menjelaskan sebenarnya profesi seperti itu juga banyak digeluti mahasiswi yang ada di Tanjungpinang.
“Untuk tampilan memang sangat menipu sekali saat ini. Jangan pandang yang berjilbab selalu baik,” sebutnya sambil tersenyum.
Bahkan blak-blakan IH mengatakan mengenal beberapa mahasiswi yang menjadi simpanan pengusaha dan pejabat.
“Mahasiswi lebih memiliki target pejabat karena royal terhadap materi dan pintar memanjakan. Tidak jarang pejabat dari Anambas maupun Natuna sering mereka layani dan menjadi simpanan” terang IH.
Sementara itu Sekda Kota Tanjungpinang, Riono saat mengetahui hal tersebut mengaku sangat miris. Riono meminta orangtua agar lebih melakukan pembenahan moral dan mental kepada anak-anaknya.
“Pihak sekolah juga harus lebih menekankan pendidikan moral untuk menghindari mental yang rusak di kalangan anak didik. Dengan begitu nantinya setelah melanjutkan pendidikan ke jalur pendidikan yang lebih tinggi mereka lebih bisa menahan godaan,” ungkapnya.
[PK/Red]