Tanjungpinang, Pelita Kepri – Di tangan mereka yang kreatif, tidak ada yang tidak bisa dimanfaatkan. Bahkan bahan limbah sekalipun dapat diolah menjadi barang-barang yang bermanfaat seperti produk kerajinan tangan dan souvenir layak jual.
Hal inilah yang diperkenalkan oleh para dosen Prodi Sosiologi FISIP UMRAH, Marisa Elsera dan Emmy Solina dalam kegiatan pengabdian masyarakat.
Kegiatan yang melibatkan mahasiswa Himpunan Mahasiswa Sumatera Barat (HMSB) Tanjungpinang itu melatih mereka untuk memanfaatkan kain perca menjadi keset, mainan kunci dan hiasan jendela yang cantik dan unik.
Peralatan yang dibutuhkan tidak mahal, hanya kain perca yang sudah dipotong-potong sesuai kebutuhan, jarum jahit ukuran sedang dan benang. Metode pembuatan pun tidak rumit, hanya dengan menguasai teknik bunga dalam 1-2 menit belajar, para peserta sudah bisa berkreasi sendiri.
“Tidak ada paket khusus dalam kerajinan, asal tahu teknik dasarnya, selanjutnya tergantung kreatifitas sendiri. Ada yang langsung mahir, ada pula yang memang masih butuh waktu, bahkan ada pula yang memang tidak tertarik untuk mencoba,” ujar Marisa Elsera, Ketua Pengabdian Masyarakat, Senin (12/11/2018) di Dompak.
Dilanjutkan Marisa, program pengabdian masyarakat ini paket lengkap. Jadi, tidak hanya melatih mereka untuk memanfaatkan kain perca jadi kerajinan, tapi juga membuat mereka bisa bekerja secara tim.
“Jadi, meskipun mereka bisa berkreasi sendiri, tapi mereka diajak untuk bekerja secara tim. Ada yang memotong kain, ada yang membuat bunga, ada yang menempel dan menyusun. Ketika mereka diarahkan untuk bekerja secara tim, tentu kuncinya adalah komunikasi dan ide yang sama sehingga bisa menghasilkan karya yang indah,” tambahnya.
“Di Sosiologi itu ada yang kita sebut dengan Modal Sosial, aspeknya adalah trust (percaya), belief (kepercayaan), norma dan aturan serta networking. Jadi kami tidak hanya melatih kerajinan tapi juga mendorong terbangunnya modal sosial pada peserta yang diselipkan dalam pelatihan ini,” jelasnya.
Selanjutnya Emmy Solina menambahkan bahwa kegiatan ini akan berlanjut hingga terbentuknya kelompok usaha. Dari 12 orang mahasiswa yang datang, ada yang akan membuat kerajinan, ada yang akan menjadi tim promosi dan distribusi. “Jadi, tidak hanya produksi tapi juga cara marketingnya kami ajarkan. Ini satu paket dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini,” kata dosen Studi Kewirausahaan ini.
Harapannya, bisa meningkatkan keterampilan dan menjadi salah satu alternatif penghasilan bagi mahasiswa HMSB di perantauan. Sebab, secara kultural mereka terkenal dengan budaya merantaunya namun mungkin untuk kreativitasnya perlu arahan.
Keseruan pelatihan ini didukung pula dengan kehadiran owner Fauzta Kidz, Ruchi. Perempuan yang tergabung dalam IPEMI ini mengaku senang dengan antusias peserta. Menurutnya, jika tim solid sudah terbentuk maka akan mudah untuk berkembang.
“Asalkan ada niat, pasti ada jalan. Silahkan bergabung dengan bazar-bazar yang akan diadakan IPEMI. Gratis untuk mahasiswa yang kreatif. Semoga inovasi ini terus dikembangkan,” katanya.
Salah satu peserta, Randy menyatakan sangat senang dengan adanya kegiatan ini. Terlebih bahwa dirinya memang sudah suka menjahit, bahkan sudah sering menerima pesanan pakaian seragam sekolah. Kegiatan ini tentu sekaligus ajang promosi bagi Randy.
“Saya belajar banyak tentang pemanfaatan kain perca, biasanya berkarung-karung kain perca saya buang kalau habis menjahit seragam. Ternyata masih bisa dimanfaatkan dan layak jual jika kita kreatif,” tuturnya. (pk/gm)