Gubernur Ansar Buka Kongres IPI ke-XVI di Batam, Pustakawan Dituntut Adaptasi Kritis Terhadap Perkembangan Teknologi AI

Ansar Ahmad: Pustakawan Harus Mampu Merespon Teknologi Kecerdasan Buatan

Gubernur Ansar didampingi Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Kepri Herry Andriyanto, berbincang dengan pustakawan dan Pengurus IPI di sela pembukaan kongres.

Gubernur Kepulauan Riau (Kepri), Ansar Ahmad, menekankan peran krusial pustakawan untuk terus beradaptasi dan merespons perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence – AI). Pustakawan dituntut memberikan pelayanan berbasis teknologi tanpa mengabaikan nilai-nilai literasi.

Pesan ini disampaikan Gubernur Ansar saat membuka secara resmi Seminar Ilmiah Nasional dan Kongres ke-XVI Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) di Ballroom Hotel Harmoni One, Batam Centre, Rabu (17/9) malam.

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari (17–19 September) mengusung tema relevan: “Pustakawan di Era Kecerdasan Artificial Intelligence: Peluang dan Tantangan”.

“Sebagai profesional yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mengelola serta melayani koleksi perpustakaan, pustakawan mesti mampu terus memajukan dunia perpustakaan,” ujar Gubernur Ansar.

Baca Juga :  Gubernur Ansar Ahmad Pimpin Upacara Peringatan 80 Tahun Kemerdekaan RI, Jadi Energi Membangun Kepri

Ia mengajak seluruh pihak untuk memperkuat literasi demi mencetak sumber daya manusia (SDM) unggul yang mampu memajukan bangsa, termasuk Kepulauan Riau.

Pembukaan kongres ditandai dengan pemukulan gong oleh Gubernur Ansar yang didampingi Kepala Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) E. Amimudin Aziz dan Ketua Umum IPI Tengku Syamsul Bahar.

Seruan IPI: Adaptasi Cepat dan Jaga Etika Profesi

Ketua Umum IPI, Tengku Syamsul Bahar, menegaskan bahwa kongres kali ini harus menghasilkan kontribusi nyata. Ia menyoroti perlunya pustakawan memahami AI secara kritis.

Baca Juga :  Mendag Budi Bersama Gubernur Ansar Tinjau Pelaksanaan Program MBG di Yayasan Ibnu Sina Batam

“Kehadiran AI dapat memberi kemudahan luar biasa sehingga pustakawan dan perpustakaan tetap relevan, inklusif, dan berdaya saing. Karena itu, pustakawan dituntut cepat beradaptasi, meningkatkan literasi digital, serta menjaga etika profesi agar layanan tetap akurat dan berintegritas,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Perpusnas E. Amimudin Aziz menyoroti perlunya transformasi perpustakaan menjadi pusat pemberdayaan masyarakat, bukan sekadar tempat membaca. Ia berharap perpustakaan menyediakan berbagai fasilitas yang memudahkan masyarakat mengakses informasi sekaligus mengembangkan kegiatan produktif.

Kegiatan ini turut dihadiri sejumlah pakar nasional dan internasional, termasuk Ms. Nadia Arianna Binte Ramli dari National Library Board Singapura, serta Bunda Literasi Provinsi Kepri Dewi Kumalasari Ansar, Bunda Literasi Kota Batam Erlita Amsakar, dan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan se-Indonesia.(Adv)