Indeks

Konsultan Pengawas Sebut Baja Tulangan Berkarat di Proyek Jalan Pelantar II Karena Terpapar Laut

Baja tulangan yang kusam dan berkarat untuk pondasi bore pile pada proyek rekonstruksi jalan pelantar II

Pekerjaan rekonstruksi jalan Pelantar II yang menelan biaya Rp3,9 milyar disorot publik. Pasalnya dibalik proyek yang di gadang gadangkan memiliki standar daya tahan beban kendaraan hingga 15 ton ini didapati menggunakan baja tulangan kusam dan berkarat.

Tidak ada penjelasan dari Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, dan Pertanahan (PUPP) Provinsi Kepulauan Riau, terkait kondisi baja tulangan pada proyek tersebut. Apa yang mendasari sehingga material kurang layak itu digunakan.

Kepala Dinas PUPP Provinsi Kepri, Rodi, saat di konfirmasi melalui aplikasi whatsApp (pesan) tidak merespon, meski notifikasi telah diterima. Upaya konfirmasi pun berlanjut kepada PPK perkerjaan, Daniel, sayangnya nomor seluler yang diperoleh ternyata tidak terdaftar lagi.

Dinas PUPP Kepri dinilai bekerja setengah hati, sehingga material seperti itu dapat lolos di dalam proyek konstruksi sebesar Rp3,9 milyan tersebut. Seolah oleh memberi ruang kepada pihak pelaksana abai untuk memberikan standar kualitas demi keuntung.

Baja tulangan telah ditanamkan pada pondasi bore pile

Penjelasan dari konsultan pengawas pekerjaan memperkuat asumsi tersebut. CV. Gobal Krearif Konsultan, diwakilkan Raymon Hendra, tidak ada menjelaskan soal kondisi baja tulangan kusam dan berkarat itu, pihaknya lebih fokus pada spesifikasi teknis.

“Untuk baja tulangan dipersyaratkan uji tarik dan timbangan. Dan untuk baja tulangan yang masuk ke lokasi kerja sudah memenuhi persyaratan,” jawabnya melalui pesan aplikasi WhatsApp, saat di konfirmasi, Rabu (15/10/25) lalu.

Terkait baja tulangan kusam dan berkarat, menurut Raymon, hal tersebut karena hanya kebetulan di lokasi pekerjaan berdekatan langsung dengan laut. Ia pastikan lagi bahwa pihaknya selaku pengawas bekerja berdasarkan spesifikasi teknis saja.

Namun, saat disinggung peranannya untuk mengawasi spesifikasi teknis dalam menggunakan material agar sesuai dengan standar kualitas pekerjaan, Raymon mengatakan bahwa material baja tulangan saat sampai di lokasi sudah di uji untuk berat dan daya tarik. Untuk kondisi baja yang berkarat, ia mengaku sudah dikembalikan.

“Tapi ada material yang saat datang mulus, tetapi karna terpapar laut, makanya baja tulangan itu berkarat. Kemaren ada 2 lori full baja tulangan yang kami balikkan pak, karana pas datang berkarat,” jelas Raymon.

Namun, Raymon tidak menjawab, apakah dapat dibenarkan menggunakan besi kusam dan berkarat tersebut. Terlebih lagi, siapa yang memberi izin kepada pihak pelaksana untuk tetap menggunakan baja tulangan yang kusam dan berkarat ini.

Seperti yang diketahui, rekonstruksi jalan pelantar II itu, pada rangkaian besi untuk pondasi bore pile full casing terlihat sudah kusam dan berkarat. Apa alasan rekanan pelaksana, PT. Bengkel Kreatif Utama tetap menggunakan dalam pekerjaan tersebut?

Selain itu, melihat standar peralatan untuk membuat lubang kedudukan pile full casing ini juga lebih tepat untuk membuat sumur bor. Kegiatan yang menelan biaya Rp3,9 milyar terasa tidak sebanding dengan peraltan maupun material baja tulangan kusam dan berkarat tersebut. (Tim)

Exit mobile version