Kepulauan Riau ternyata menyimpan sebuah surga yang nggak ada duanya. Namanya Kepulauan Natuna yang juga berada di tengah Laut Cina Selatan. Kepulauan Natuna memiliki pantai dan pulau yang pasirnya putih bersih, air lautnya biru jernih, dan keindahan bawah lautnya kaya. Ingin lebih kenal dengan Kepulauan Natuna?
Mau tau ??? Yuk simak artikel berikut ini :
Tak kenal maka tak sayang, begitu kata pepatah. Kalau orang Papua saja boleh bangga dengan RAJA AMPAT nya, orang Bali dengan Tanah Lot atau Pantai Kuta nya, sudah selayaknya kita yang berdiam di Kepulauan Riau, berbangga hati memiliki keindahan alam yang berada di Kepulauan Natuna.
Kepulauan Natuna menyimpan mutiara yang terindah, yang apabila digali dan dikelola dengan baik akan dapat mendatangkan keuntungan besar berupa DEVISA bagi masyarakat Kepulauan Natuna sendiri.
Sejarah Kabupaten Natuna tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kabupaten Kepulauan Riau, karena sebelum berdiri sendiri sebagai daerah otonomi, Kabupaten Natuna merupakan bahagian dan Wilayah Kepulauan Riau. Kabupaten Natuna dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 53 Tahun 1999 yang disahkan pada tanggal 12 Oktober 1999, dengan dilantiknya Bupati Natuna Drs. H. Andi Rivai Siregar oleh Menteri Dalam Negeri ad interm Jenderal TNI Faisal Tanjung di Jakarta.
Berdasarkan Surat Keputusan Delegasi Republik Indonesia, Provinsi Sumatra Tengah tanggal 18 Mei 1956 menggabungkan diri ke dalam Wilayah Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status Daerah Otonomi Tingkat II yang dikepalai Bupati sebagai kepala daerah yang membawahi 4 kewedanaan sebagai berikut:
Kewedanaan Tanjungpinang, meliputi Kecamatan Bintan Selatan (termasuk Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur).
Kewedanaan Karimun, meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur dan Moro.
Kewedanaan Lingga, meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Singkep dan Senayang.
Kewedanaan Pulau Tujuh, meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan, Tembelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.
Kewedanaan Pulau Tujuh yang membawahi Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur beserta kewedanaan laiannya dihapus berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau tanggal 9 Agustus 1964 No. UP/247/5/1965. Berdasarkan ketetapan tersebut, terhitung 1 Januari 1966 semua daerah administratif kewedanaan dalam Kabupaten Kepulauan Riau dihapus.
Kabupaten Natuna dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 53 Tahun 1999 dari hasil pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau yang terdiri dari 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Bunguran Timur, Bunguran Barat, Jemaja, Siantan, Midai dan Serasan dan satu Kecamatan Pembantu Tebang Ladan.
Seiring dengan kewenangan otonomi daerah, Kabupaten Natuna kemudian melakukan pemekaran daerah kecamatan yang hingga tahun 2004 menjadi 10 kecamatan dengan penambahan, Kecamatan Pal Matak, Subi, Bunguran Utara dan Pulau Laut dengan jumlah kelurahan/desa sebanyak 53.
Hingga tahun 2007 ini Kabupaten Natuna telah memiliki 16 Kecamatan. 6 Kecamatan pemekaran baru itu diantaranya adalah Kecamatan Pulau Tiga, Bunguran Timur Laut, Bunguran Tengah, Siantan Selatan, Siantan Timur dan Jemaja Timur dengan total jumlah kelurahan/desa sebanyak 75.
Pada Tahun 2008 kabupaten Natuna melakukan pemekaran dengan dibentuk Kabupaten Kepulauan Anambas, sehingga kecamatan menjadi 12 Kecamatan. Lalu hingga tahun 2015 menjadi 70 Desa dan 6 Kelurahan. Dan akan ada 3 Kecamatan pemekaran sehinggan menjadi 16 Kecamatan.
Cerita tentang asal usul nama Natuna sendiri ada beberapa versi, yaitu :
Dari Bahasa Belanda yaitu : “Natunae”
Versi pertama, Natuna di ambil dari bahasa Belanda yaitu “Natunae” yang artinya “alami“. Pulau Natuna bermakna pulau yang alami, di lihat keindahan panorama alamnya seperti gugusan pulau-pulau besar dan kecil dimana keindahannya begitu kental dibentuk oleh alam.
Bahasan Mandarin “Nan Tao”
Versi kedua, arti nama Natuna berasal dari bahasa mandarin Nan Toa, “Nan” artinya pulau dan “Toa” berarti Besar.
Kata Nan Toa di ketahui berasal dari buku seorang pendeta dari China yang bernama I Tsing 671 M pada saat singgah di Kerajaan Sriwijaya ia memberitakan tentang perjalanannya ke Sriwijaya. Dalam bukunya yang berjudul “Ta,t ang yu ku fa kao seng chouan dan nan hai ki ko usi ne chouan”.
Diantaranya mengisahkan perjalana laut I Tsing di Laut Cina Selatan telah singgah di gugusan pulau-pulau, ada yang besar dan ada yang kecil. Pulau Besar dalam bahasanya disebut Nan Toa.
Oleh karena perkembangan zaman kata Nan Toa pun berubah menjadi Natuna, karena dari akibat pelafalan bahasa dialeg Melayu yang semakin hari semakin berkembang di masyarakat.
Dan untuk info lengkap tentang sejarahnya baca selengkapnya: Sejarah Asal Muasal Natuna Kaitannya dengan Engku Fatimah dan Demang Megat, dan baca artikel lainnya : Sejarah Kabupaten Natuna, Arti Lambang Kabupaten Natuna, Keadaan Geografis Natuna, Gunung Ranai, Photo Keindahan Objek Wisata Pulau Senua.
Bahasan Jepang “Na” dan “Tuna”
Versi ketiga, kata Natuna berasal dari kata”Na” dan “Tuna”. Kata Na berasal dari bahasa Jepang yang merupakan kata penghubung dan Tuna ialah ikan Tuna.
Demikianlah informasi tentang fakta-fakta atas Kepulauan Natuna nan indah permai.
Oleh karena itu, ayo kita berbagga hati di anugerahkan Tuhan Kepulauan yang Indah dan menyimpan harta karun yang sangat berharga bagi anak cucu kita kelak.(*)