Wisata  

Tanpa Rencana Mengunjungi Markas Raja Sisingamangaraja Ke- XII di Parlilitan

foto : Net

Siang itu panasnya sangat terik. Namun karena masih banyak pohon-pohon tinggi menjulang mengelilingi kampungku yang rindang dan angin yang kencang dikampungku hingga panasnya terhindar dan tidak menyurutkan melanjutkan perjalanan kami.

Bersama saudaraku pergi kami ke Pasar Parlilitan. Untuk mengunjungi ke sebuah ATM Bank mencabut amunisi yang sudah mulai menipis. Karena beberapa hari lagi harus kembali ke Pulau Bintan, Kepulauan Riau.

Dari desaku ke Parlilitan dengan jarak sekira 10 KM. Menjelang siang itu bersama saudaraku bersiap-siap berangkat dengan menggunakan motor metik yang masih oke. Akupun menghidupkan motornya. Mari berangkat.

Situasi jalanan di kampungku banyak menikung. Bila gampang pusing saat naik mobil, sediakan saja antimo. Atau jangan sampai perut kosong, biar jangan gampang gembung.

Namun dibalik jalan yang berliku, sepanjang jalan dikampungku disuguhkan pemandangan pegunungan kiri dan kanan yang membuka mata lebar-lebar. Tak hanya itu, hamparan persawahan, tugu-tugu marga Batak, dan kerbau peliharaan warga.

Baca Juga :  Presiden Jokowi Akan ke Bintan Untuk Peletakan Batu Pertama Pembangunan Sirkuit F1 BIC

Kurang lebih satu jam perjalanan sampailah ke kota Parlilitan. Aku menuju sebuah ATM Bank. Karena perut sudah mulai keroncongan, kamipun mencari rumah makan sambil beristirahat sejenak. Sambil menikmati teh panas. Untuk menghangatkan badan yang diterpa angin selama diperjalanan.

Sekira setengah jam duduk, tanpa direncanakan. Kami melanjutkan lagi perjalanan menuju makam pahlawan Raja Sisingamangaraja XII. Di Pearaja,Desa Sion Sibulbulon, Kecamatan Parlilitan, Humbang Hasundutan.

Perjalanan menuju makam Raja, penuh jalan menikung. Tampak juga jalan sepertinya masih baru melakukan pengaspalan. Tapi sepanjang jalan sebagian batu-batunya timbul berserakan dijalanan. Dan sebagian juga mirip kubangan kerbau. Dan sedikit mengganggu perjalanan kami. Sehingga kami juga tak begitu menikmati pegunungan yang indah disepanjang jalan, karena fokus pada keselamatan berkendara.

Sesekali kami bertanya pada warga. Tempat yang kami tuju. Karena kami harus jujur, baru pertama sekali mengunjunginya.

Warga patut kami acungkan jempol. Warganya sangat ramah, malah kami ditawari untuk minum kopi dulu. Sembari mau istirahat dulu. Tapi karena semangat kami ingin cepat samapai tujuan. Saya hanya mengatakan “Terimakasih oppung”.

Baca Juga :  Petugas Bea dan Cukai Batam, Yang Bertugas di Bandara Hang Nadim Gagalkan Penyeludupan Sabu

Perjalanan hampir satu jam kami sampailah ke sebuah mata air milik Raja Sisingamangaraja XII, tepatnya dikaki gunung. Konon katanya, pas saat Raja kehausan. Raja menancapkan pedangnya ke batu. Airnya pun langsung mengalir deras. Dan air itu pun sampai sekarang digunakan warga.

Dan kami pun meneruskan perjalanan kami sampailah kami di Desa Sion Sibulbulon. Tempat makam Raja Sisingamangaraja XII. Ditempat itulah Raja wafat saat dikepung. Lalu ditembak pasukan Belanda.

Sekeliling makam hutannya masih asri dikelilingi pepohon yang rindang. Sebelah kanan jalan tampak makan Raja Singamangaraja XII dan sebelah kiri makam putra Patuan Nagari dan Putrinya Lopian.

Sebentar kami tidak melupakan cekrek-cekrek dulu untuk mengabadikan petulalangan kami, yang tanpa direncanakan. Kami cekrek-cekrek menggunakan merek handphone nokia, yang sudah lupa serinya. Yang fotonya agak buram tidak secerah handphone baru sekarang buatan China.

Baca Juga :  Gubernur Sambut Baik Rencana Korean Charter Flight ke Kepri

Sesudah itu. Kami melanjutkan perjalanannya kami pulang karena sudah mulai sore dan mulai gelap. Karena tampak pegunungan mulai dihinggapi kabut yang menandakan mau hujan turun. Dan sebelum kami bergegas pulang, kami cekrek-ceker lagi di benteng Raja Sisingamangaraja Ke-XII.

Disana tampak terlukis peta perjuangannya di Toba dan ada rumah Batak Toba. Dari benteng itu, aku melihat hamparan persawahan warga. Yang dikelilingi pegunungan, sungguh disana ada kedamain dan itulah kekuatan dan tekat pahlawan untuk memperjuangkan kemerdekaan. Hingga semuanya sudah terwujud. Dan kemerdekaan itu telah diwariskan kepadaku.

“Terimakasih pahlawanku, yang telah berjuang dengan segenap tumpah darahmu,” ucapku dengan khusyuk.(pk/tsr)